Rabu, 13 Maret 2013

Akankah SBY Mengganti Mentan?

Tulisan lepas
Karya disaat penat :)
Wijaya, ST (13 Maret 2013 4.07 pm)




SBY dan PKS merupakan duo pusaran ilmu politik Indonesia dalam satu dekade terakhir. Kacamata, teropong hingga telinga masyarakat kebanyakan, dari Pak Amat sampai Pengamat, seakan tak henti memonitor sikap dan perilaku kedua subjek. Apapun yang dilakukan SBY dan atau PKS, selalu membuat jagad politik dan area abu-abu itu bergemuruh dengan lalu lintas informasi, dari yang benar hingga tenar, dari prior ke minor, atau dari yang sah sampai semata fitnah. Dahulu kita sering menyaksikan tajuk seperti: SBY Lamban, SBY Lembek, SBY Penakut, SBY , sekarang kita disuguhkan dgn topik SBY Presiden Demokrat, SBY Dikerumuni Sengkuni, termasuk yang paling anyar, SBY Bertemu Prabowo. Demikian halnya dengan PKS, partai masih seumur jagung dengan perolehan suara belum 2 digit, namun seolah negeri ini terus dihebohkan oleh terobosan dan kenyelenehannya berpolitik. Belum lagi jika kita membuat ragam fitnah, tuduhan dan humiliasi atas kader dan institusi PKS, terutama kasus mutakhir yakni konspirasi atas PKS via Luthfi Hasan Ishaaq, dengan tagline Suap Kuota Impor Daging. Bak sekali merengkuh dayung, 2, 3 target tercapai, dari pelemahan internal, pembunuhan karakter, hingga (tentu saja) kursi Menteri Pertanian.
Hasrat rekan-rekan PKS dalam Setgab atas posisi Kementerian Pertanian bukanlah isapan jempol belaka, melainkan ianya amat nyata walau kurang tertata. Semenjak dibesut oleh DR. Anton Apriantono [lulusan University of Reading, menteri paling miskin dikabinetnya meski digelari kemudian dengan Arsitek Swasembada Indonesia], kementerian ini sudah menjadi incaran, terlebih karena hubungan langsungnya dengan masyarakat semua lapisan. Nafsu pesaing PKS masa itu tidaklah terlampau besar mengingat masalah pangan menjadi keluhan internasional, krisis pangan global. Krisis ini membuat partai-partai pragmatis tidak ngoyo mendapatkannya,, high-risk. Hanya partai gila PKS saja yg berani. Memang orang gila selalu melihat ancaman sebagai sebuah peluang. Alhasil, siapapun mengakui bahwa Anton Apriantono menempatkan Indonesia sebagai satu negara yg mampu melewati krisis pangan, dari importer terbesar menjadi Negara berswasembada, khususnya beras. Masih ingat iklan PKS 2009?? Saya saja menganggap bahwa iklan ini cukup strategis meningkatkan suara PKS, apalagi kawan-kawan PKS yang lain, hehe.
SBY yang meLANJUTKAN kepemimpinannya, dgn jiwa besar, sangat mengakui keberhasilan kementerian pertanian (bahkan menjadi ikon kesuksesan Kabinet Indonesia Bersatu I). Implikasinya adalah amanah kementerian ini TETAP dipikulkan ke PKS, yang diwakili Pak Suswono (beliau 11-12 saja dgn Pak Anton). Bagi PKS, ini tentu menjadi ungkapan terima kasih SBY secara khusus. Jika pun (3) kementerian yang lain juga diamanahkan ke PKS, tak lebih karena perjuangan kader-kader dalam mempromosikan hingga mengawal suara SBY [maaf ya bro, sist, untuk yang satu ini, kader Demokrat pun melongo, seolah tak percaya akan komitmen PKS dilapangan]. Belakangan, Menristek miskin Suharna Surapranata kemudian diganti, sehingga jadilah amanah itu berkurang. It’s ok, there is no problem bro [sepertinya, angka 3 menjadi takdir PKS, menteri 3 orang cukup, partai bernomor 3 jreng, masuk 3 besar amat realistis]. Bahkan kalaupun SBY melanggar komitmen awalnya, bagi PKS, tekad membangun negeri adalah fardhu ain sekaligus kifayah, wherever and how many we are. Yang menjengkelkan itu kalau baca media nasional,,, PKS Si Anak Nakal. Selalu anak yang salah, durhaka, membangkang. Yang ada itu Anak Durhaka, kalau orangtua durhaka?? Memangnya siapa yang orang tua siapa yang anak?? Tanya satu bro,,, lebih cengeng mana, Orang Tua atau Si Anak?? Hehe. Saya menduga (mudah2an tidak meleset), kementerian pertanian adalah harga mati bagi PKS. Ada apa?? Kenapa??
Saya ingin memaparkan 3 hal ADA APA yang menjadi alasan utama terkait patok harga mati PKS atas kementerian pertanian (dalam tafsiran bahasa Ustadz HNW,”PKS tidak akan diam jika Mentan dizhalimi”).
  1. Bukan rahasia lagi bahwa PKS adalah partai anti penjajahan dalam segala bentuk dan wujudnya. Jangan heran pula kalau PKS secara massif dan konsisten menyuarakan kemerdekaan Negara Palestina atas hegemoni Israel, dari pungutan program 1 dollar-nya saban waktu. Perjuangan dan dukungan PKS terhadap Palestina merupakan spirit, azzam sekaligus symbol akan pentingnya nilai kemerdekaan, kemandirian dan martabat bangsa. Nah, bagi PKS, kelantaman pihak asing (baca: Amerika & Australia khususnya) sudah amat mengerogoti keluwesan bangsa Indonesia mengatur dirinya sendiri, hatta menyangkut apa2 yang masuk keperut kita, pangan. Yang kita kunyahpun, kalau bias, mereka semua yang mengatur. Sebuah penjajahan berwajah kerjasama. Nah, dimana-mana negeri dan lubuk, selalu saja ada pihak ketiga yang (dalam istilah Minangkabau) “menembak diatas kuda”; peduli amat dgn orang, yang penting saya dapat untung, meski modal hanya seujung. Salah satu wujud mereka ini adalah para (calo) importer. Setelah itu, anda pasti lebih tahu kan, bagaimana peran mereka menjebloskan Ustadz LHI ke penjara KPK [kemudian lihat saja, rembetannya ke Mentan bro,,, hmmm, so intelligent].
  2. Bahwa turunan dari kemerdekaan adalah kemandirian. PKS tentulah yang paling prihatin dengan kondisi sektor pertanian, bukan hanya karena keberhasilannya menaklukkan tantangan SBY dimasa KIB I, tapi memang inilah visi PKS, khususnya keSEJAHTERAan. PKS melihat dengan jeli bahwa kondisi geografi dan demografi Indonesia, memenuhi syarat untuk pencapaian kesejahteraan itu secara ekonomi. Nah, pertanian inilah key factor-nya, meskipun jikakalau disuruh memilih kementerian, saya amat yakin bahwa PKS akan memegang Mentan, Menperin/dag dan MenESDM. Bro, sudah bisakah membangun relasi antara kemerdekaan dan kemandirian terhadap kesejahteraan?? Mudah2an kita menjadi bangsa cerdas.
  3. Setelah merdeka dan mandiri, maka MARTABAT adalah turunan berikutnya. Bahasa sederhana (baca: kampung) dari martabat itu adalah harga diri, sementara bahasa canggihnya adalah daya saing dan keunggulan. Untuk hal ini, coba anda googling saja visi kementerian pertanian, nih: “Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan yang Berbasis Sumberdaya Lokal untuk Meningkatkan Nilai Tambah, Daya Saing Ekspor dan Kesejahteraan Petani”. Jadi ingat eyang Soeharto; gemah ripah loh jinawi. Tak salah juga kalau Anis Matta mempromosikan kepahlawanan Bapak Pembangunan Soeharto, terlebih karena komitmennya dengan pembangunan pertanian.
Dari 3 paparan ini, KENAPA mesti begitu-begitu amat, toh si amat saja gak begitu. Menurut analisis saya (sekali lagi… s a y a), ini tidak keluar dari visi dan misi PKS sebagai partai Islam. Kecerdasan PKS mengambil pendekatan yang sesuai, menunjukkan bahwa (orang-orang di) partai ini sudah tercelup dengan dunia dakwah. Yaaa, implementasi (bukan hanya sekedar slogan atau deklarasi pribadi) syari’at Islam kaffah dalam konteks keberagaman, perlu pendekatan jenius. Apa syarat implementasi itu?? Hmmmm, tentu saja 3 alasan diatas bro,,, kemerdekaan, kesejahteraan, martabat (al-izzah). Jadi,,,, seandainya Bapak SBY membaca artikel ini, apakah beliau berani MENGGANTI MENTAN dengan pertimbangan bahwa IT’S TIME TO … dengan PKS?? High-risk Pak SBY… hehe, kuatkan mental dulu.
Wallahu a’lam bis-shawwab.

Kamis, 07 Maret 2013

Dari Ide Kreatif dan Aksi Simpatik, Menjadikan PKS Makin Sip!



Selalu menarik ketika membincangkan soal Partai yang satu ini. Ya, apalagi kalau bukan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Bahkan saat saya search di mesin pencarian Kompasiana, hasilnya sangat tinggi sekali, yaitu 343.000 pencarian. Sangat jauh saat dibandingkan dengan Partai Pemenang Pemilu 2009 yakni Demokrat yang hanya 43.800 pencarian. Dibandingkan dengan PDI Perjuangan pun PKS masih unggul.

Terhitung sejak awal Februari sampai saat ini, tepatnya sejak kasus dugaan daging Impor yang turut menyertakan mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq menjadi tersangka, pemberitaan tentang PKS, baik dimedia cetak, media online, media sosial, TV, dan media lainnya mendadak tinggi, dan bahkan sampai beberapa waktu lalu situs political wave mencatat bahwa PKS menjadi Partai yang paling sering diperbincangkan oleh banyak orang.

Tone yang masuk pun beragam, dari yang negatif sampai yang positif. Namun kebanyakan justru yang masuk prosentasenya adalah bahwa PKS menjadi satu partai yang fenomenal, keberadaannya ibarat gadis yang banyak dilirik oleh banyak mata. Tentu tinggal bagaimana temen – temen PKS mengolah potensi dan modal di media ini menjadi kekuatan untuk memenangkan Partai yang dalam Pemilu mendatang berada di nomor urut 3.

Namun saya tidak akan membincangkan masalah data di mesin pencarian di kompasiana seputar Partai Politik, karena saya kira itu kurang seksi, walaupun bisa juga itu justru menjadi salah satu kekuatan pendukung bagi PKS dan Partai lainnya untuk memenangkan Pemilu 2014. Tetapi saya ingin membincang hal lebih krusial dari PKS, yaitu tentang ide kreatif yang selalu muncul saat masalah mendera Partai, dan juga tentang masih dan terus pedulinya Partai Islam ini terhadap masalah pelayanan kepada masyarakat. Hal ini pula yang mungkin semakin banyak saja yang bersimpati kepada Partai yang didirikan oleh para aktivis dakwah ini. Setidaknya beberapa peristiwa di hari Ahad (03/03) kemarin membuktikan fakta – fakta tersebut. Oiya, Sebelumnya saya ucapkan selamat atas kemenangan Pasangan Aher-Deddy Mizwar yang diusung PKS berserta koalisinya di Pilgub Jabar kemarin.

Ide Kreatif PKS ber’Harlem Shake’

Yang pertama adalah ide kreatif PKS. Ya, apalagi kalau bukan Harlem Shake yang dilakukan oleh sekelompok kader PKS ini. Video yang sedang ngetrend di awal tahun ini rupanya dimanfaatkan oleh para kader PKS mensosialisasikan Partai sekaligus mengemban misi ketuhanan yang mereka jadikan visi perjuangan Partai. Misi ketuhanan tersebut tercermin saat video Harlem Shake dengan judul ‘Moslem Harlem Shake’ tersebut berbeda dari harlem shake kebanyakan yang selalu kacau. Kali ini kader PKS saya katakan cukup brilian memanfaatkan video harlem shake tersebut untuk mengajak kepada kebaikan.

Dari yang semula pada menari tidak nggenah, ada pula yang gosok-gosok anduk, ada juga yang main kartu, nyium sepatu, sampai ada juga yang berlagak nenek sihir terbang, lalu kemudian setelah sang muadzin muncul, berhentilah semua kegiatan yang ruwet tersebut. Kegiatan ruwet tersebut berganti dengan gerakan shalat yang rapi dengan penuh kekusyukan. Tentu ada pesan moral yang cukup dalam dari diputarnya video ini, apalagi di judulnya yang diunggah oleh PKS Indonesia ini bertuliskan ENLIGHTMENT PEOPLE…INSYA ALLAH AFTER DARKNESS TO RISE THE LIGHT… yang artinya mungkin seperti ini, mencerahkan masyarakat, Insyaallah setelah gelap akan bangkit menuju terang.

Sampai saat ini, sejak artikel ini saya tuliskan, sudah ada sekitar 41679 viewers dan 685 komentar sejak video ini diunggah ke Youtube dua hari yang lalu (03/03). Dan hampir 90% komentar mengapresiasi dibuatnya video Harlem shake berdurasi 48 detik ini. Pun demikian dengan yang menyukai lumayan banyak, yakni sekitar 761 likers. Sebenarnya masih kalah sih dengan videonya Fatin, tapi untuk ukuran sosialisasi partai, PKS untuk hal ini selangkah lebih maju daripada Partai lain peserta Pemilu.

Harlem Shake ala PKS ini tentu mengubah paradigma kita yang pengamat soal Partai yang satu ini. Yang semula PKS ini dianggap menjadi Partai yang terus berupaya dengan ekstrem menerapkan syariat Islam, e, tiba – tiba PKS berharlem shake dengan cara mereka. Tentu ini satu hal yang kreatif, yang barangkali belum terfikirkan oleh Partai lainnya jelang Pemilu setahun lagi. Dan saya harap, PKS maupun parpol lainnya, mencoba berfikir dengan kreatif agar Politik kita tidak membosankan dengan hal – hal yang itu – itu melulu. Sekali – kali perlu ada penyejukan dalam politik. Dan saya salut, PKS telah menyejukkan panasnya dunia politik kita, dengan ber harlem shake.

Aleg PKS ngepel mushola warga

Ini lain lagi, kalau Harlem shake yang dibuat PKS adalah sebuah kekreatifan, kalau yang ini membincang PKS tentang kepedulian yang sepertinya selalu melekat dalam jatidiri partai reformis ini. Jargon PKS peduli sepertinya masih akrab ditelinga dan hal itu dibuktikan dengan kepedulian dalam aksi yang nyata.

Setelah beberapa waktu lalu saya menuliskan juga tentang kepedulian PKS kepada Banjir, dua hari yang lalu juga (03/03) kepedulian PKS kembali terbukti. Hal – hal ‘nyeleneh’ diluar logika kebanyakan Partai justru dilakukan PKS. Disaat partai lain masih berkutat soal permasalahan internal, atau permasalahan pendaftaran caleg, PKS justru menjadi partai terdepan memberikan kepeduliannya kepada masyarakat.

Hal itu nampak saat beberapa kader PKS yang ternyata setelah dilihat dengan cermat adalah aleg PKS, ngepel mushola di kawasan Penggaron Kidul, Pedurungan, Semarang Jawa Tengah. Hal serupa juga dilakukan beberapa kader PKS yang lainnya, dengan melakukan aksi masak dirumah warga, nyabuti rumput, membersihkan halaman, sampai menjadi tukang pijat untuk warga. Aksi simpatik ini tentu agak nyeleneh, namun ini benar – benar terjadi. Sekali lagi saya salut akan kepedulian PKS untuk yang satu ini.

Partai Masa Depan

Dua hal utama yang saya bahas dalam artikel ini adalah tentang ide kreatif dan kepedulian PKS. Kalau PKS masih tetap konsisten untuk senantiasa melakukan kreasi – kreasi baru dalam berpolitik dan berdemokrasi, politik dan demokrasi kita akan semakin sehat dan menyejukkan. Sehingga hal ini berdampak semakin banyaknya orang mengikuti proses demokratisasi di Indonesia. dan imbasnya, demokrasi kita akan lebih menarik, dinamis, dan pada akhirnya akan menjadikan masa depan Indonesia menjadi lebih baik.

Pun demikian dalam masalah kepedulian, bukan tidak mungkin, kalau PKS tetap konsisten dalam hal melakukan pelayanan kepada masyarakat dengan hal – hal konkrit, seperti yang saya contohkan diatas, PKS akan menjadi Partai masa depan di Indonesia. sebab PKS sudah meletakkan makna demokrasi ke tempat yang sesungguhnya, yakni dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dan sekali lagi, PKS telah membuktikannya.

Saya ucapkan Selamat berjuang dan mengabdi untuk Indonesia kepad PKS dan seluruh kadernya.

PEMUDA SEBAGAI TONGGAK KEMAJUAN ISLAM



WIJAYA, ST | Berbicara kemajuan tentu sangat bergantung dengan pelopor yang menjadi tonggak utama terhadap suatu perubahan tersebut. Kemajuan juga tak lepas dari tangan yang memegang peran penting sehingga suatu kemajuan itu dapat tercipta.  Dalam sejarah peradaban bangsa, pemuda adalah aset yang mahal dan tak ternilai harganya. Kemajuan maupun keburukan juga sangat bergantung oleh pemuda yang menjadi tokoh utama dalam peranannya dalam melakukan suatu perubahan. Mengapa pemuda sering di sebut – sebut dalam suatu perubahan? Sebab kaum muda memiliki potensi yang bisa di harapkan. Pemuda memiliki semangat yang sulit dipadamkan. Terlebih jika semangat bercampur dengan pengetahuan dan diimplementasikan melalui tindakan. Maka akan terciptalah suatu perubahan.
Mengenal Potensi Pemuda Dalam Masyarakat
Demikian keadaan dan peran golongan pemuda dalam masyarakat. Kiprah mereka telah terukir indah dalam tinta emas sejarah. Mereka merupakan tonggak dan potensi besar suatu kehidupan. Terlebih kelompok pemuda, karena, selain diharapkan oleh umat, peranan mereka pun sangat didambakan oleh kelompok masarakat lainnya sebagai pionir perubahan ke arah yang lebih baik. Posisi mereka sebagai “pemuda” memang menjadi peluang bagi mereka untuk mengembangkan potensi sebesar-besarnya. Tidak heran jika perubahan sosial politik diberbagai belahan dunia dipelopori oleh gerakan pemuda. Sebagian sahabat yang menyertai Rasulullah SAW dalam memperjuangkan Islam – yang akhirnya berhasil menguasai lebih dari dua pertiga belahan bumi – adalah para pemuda yang menjadi murid (mahasiswa) Rasulullah SAW.
Secara fitrah, masa muda merupakan jenjang kehidupan manusia yang paling optimal. Dengan kematangan jasmani, perasaan dan akalnya, sangat wajar jika pemuda memiliki potensi yang besar dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainya. Kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan banyak dimiliki pemuda. Pemikiran kritis mereka sangat didambakan umat. Di mata umat dan masyarakat umumnya, mereka adalah agen perubahan (agent of change) jika masyarakat terkungkung oleh tirani kezaliman dan kebodohan. Mereka juga motor penggerak kemajuan ketika masyarakat melakukan proses pembangunan. Tongkat estafet peralihan suatu peradaban terletak di pundak mereka. Baik buruknya nasib umat kelak, bergantung pada kondisi pemuda sekarang ini.
Sebagai pemuda, mereka memiliki karakter yang positif, antara lain idealis dan energik. Idealis berari mereka para pemuda masih belum terkontaminasioleh kepentingan pribadi, juga tak terbebani oleh berat sejarah atau beban posisi.
Ada ulama yang menyatakan bahwa seorang pemuda mempunyai tiga peran, yakni:
  1. Sebagai generasi penerus. Menggantikan orang – orang yang sudah rusak karakternya dan berpegang teguh pada islam untuk mewujudkan suatu perubahan
  2. Sebagai generasi berikutnya. Melajutkan nilai- ilai ajaran murni islam terhadap perkembangan masa dalam kemajuan islam.
  3. Sebagai agen pembaharu. Memperbaiki kerusakan yang ada yng menghambat kemajuan islam di masa yang akan datang.
Selain tiga faktor peran penting pemuda di atas ialah islam. Islam merupakan ideologi yang memberikan nilai besar bagi kehidupan ummat di jagad raya. Hal ini di mungkinkan karena karakter islam mewarnai seluruh aspek kehidupan dan mengatur seluruh rakyat.islam bukan hanya merupakan pola tetapi juga merupakan sesuatu hal yang mempengaruhi emosi, pemikiran,  perasaan dan fisik. Berislamnya sesorang akan akan melahirkan suatu totalitas dalam menjalani fitrah manusia untuk mewujudkan suatu perubahan.

Peran Pemuda di Masa Depan
Pertanyaannya, mengapa selalu pemuda yang menjadi tonggak kehidupan islam?  Mengapa selalu pmuda yang di sorot untuk sebuah perubahan? Mengapa selalu pemuda yang menjadi pasukan terdepan dalam suatu kemajuan? Jawaban yang sederhana ialah karena kita adalah orang – orang yang terpilih. Dari sekitar 5 milyar penduduk bumi, kurang lebih hanya satu mulyar yang memelukislam. Dan dari satu milyar itu hanya sebagaian saja yang berkecimpung sebagai generasi pembaharu kemajuan islam. Diantaranya mahasiswa dan pelajar yang sadar akan pentingnya kepedulian untuk kemajuan islam. Tidak lebih dari sepuluh persen. Hanya lima persen dari total jumlah mahasiswa dan pelajar muslim. Suatu ironi yang sangat bertentang dengan keadaan sebenarnya. Orang – orang yang sedikit ini seharusnya tidak lepas tangan terhadap peran pentingnya kepada masyarakat. Terutama untuk kemajuan islam yang lebih baik. Baik dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya islam yang mampu mendongkrak islam di mata dunia.
Dalam islam, pekerjaan yang paling mulia adalah berdagang. karena perdagangan merupakan suatu transaksi jual beli ataupun serah terima barang dagangan tanpa adanya keterkaitan setelah terjadinya proses transaksi berlangsung.Hal ini berarti peluang besar pemuda islam adalah sebagai pedagang. Ataupun sering di sebut sebagai pengusaha muslim.
Seorang pengusaha muslim tentunya akan berpengaru besar terhadap perkembangan islam menuju kemajuan yang lebih baik. Sebagai fasilitatosr atau penyedia prasarana terhadap kebutuhan – kebutuhan yang mendongkrak kemajuan islam. Menata sumber daya pemuda yang efektif dan efisien. Mengembangakn kultur keorganisasian kepemudaan islam yang sehat dan demokratis. Sehingga dalam hal ini akan tercipta suatu koordinasi yang baik antar pemuda pembaharu yang satu dengan yang lainnya.
Membangkitkan partisipasi masyarakat islami dalam membangun pemuda yang mempunya Character Building. Sebuah karakter yang terstruktur yang memiliki ciri khas dengan yang lainnya. Menyediakan infrastrukutur pemberdayaan pemuda islam yang memadai. Guna sebagai tempat pelatihan dan training dalam mendidik pemuda islam menjadi pengusaha – pengusaha muda muslim yang memiliki wawasan dan turut berpartisipasi dalam perkembangan islam yang di masa yang akan datang.
Dan yang paling utama bagi mereka, pemuda penerus bangsa adalah sebagai motivator. Motivator yang memberikan motivasi, sharing ilmu dan pengalaman yang berharga untuk mengajak mereka berbondong – bondong maju untuk merubah dunia. Untuk merubah islam lebih maju.
Bahkan salah seorang founding father bangsa menaruh apresiasi pada sosok pemuda; “Berikan aku 10 pemuda maka akan aku ubah dunia”, demikian yang ia katakan.
Fakta Pemuda Saat ini
            Ironis, menyedihkan, itulah kata-kata yang layak kita ungkapkan untuk menggambarkan kondisi pemuda saat ini. Banyak sekali masalah-masalah yang berkaitan dengan pemuda. Diantaranya: Narkoba, Hedoneisme, Free Sex, Tawuran, Membebek budaya barat, dll. Alih-alih menjadi problem solver, pemuda saat ini malah di hadapkan kepada label problem maker yang tersemat kepadanya. Ya, pembuat masalah, dimanapun pasti pemudalah yang membuat masalah dan kerusakan.
Potensi Pemuda
Pemuda sebagai agen perubahan (agent of change) seungguhnya memiliki posisi urgent dalam menentukan arah haluan kemajuan umma dan bangsa. Pemuda memiliki banyak sekali potensi, diantaranya;
  1. Idealisme yang tinggi.
  2. Kritis dan peka.
  3. Kematangan jasmani, akal dan perasaan.
  4. Intelektualis.
  5. Pemegang tongkat estafet perubahan.
Maka dari itulah layak pemuda digolongkan sebagai subjek utama perubahan. Laksana seorang nahkoda yang akan memegang kendali kapal untuk menentukan arah kemana ummat dan bangsa ini.
Untuk melakukan perubahan masyarakat dan negara di tingkat lebih tinggi, maka pemuda juga harus  melakukan perubahan kepada diri sendiri, ibda’ bi nafsik.
Pemuda Islam Bangkitlah!
“Berikan aku 10 pemuda, maka sungguh akan aku rubah dunia” (Soekarno)
“Syubbanul yaum rijalul ghod” (kata bijak)
            Sebenarnya masih banyak lagi kata-kata yang menggambarkan keutamaan sosok pemuda. Awal mula agama Islam juga di dukung oleh para pemuda, diantarnya ialah Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Harits, Zubair bin Awwan dll. Penaklukkan Andalusia juga tidak lepas dari peran penting seorang pemuda yakni Thariq bin Ziyad, (yang kemudian namanya diabadikan menjadi nama selat yang mengubungkan benua eropa dan afrika yakni selat giblaltar), penaklukkan kota konstantinopel yang juga takluk oleh sosok pemuda yakni Sultan Muhammad Al-Fatih yang saat itu menjadi panglima perang dalam usia 17 Tahun. Kita juga ingat peristiwa pengusiran  penjajah Belanda di hotel Yamato Surabaya pada tahun 10 November 1945 oleh bung tomo dan arek-arek Suroboyo dangan semangat jihad dan pekikan takbir yang menggelora. Allahu Akbar.

Selasa, 26 Februari 2013

MENANG PEMILU, PILKADA : "BENARKAH KEMENANGAN DAKWAH?"

Sebagian aktifis dakwah menganggap bahwa kemenangan di pesta demokrasi (pemilu/pilkada) merupakan tolak ukur dari sebuah kemenangan dalam berdakwah. Asumsinya, pemilu menjadi artikulasi politik masyarakat yang korelatif  dengan seberapa besar sebuah konsepsi dan orientasi politik sebuah parpol (partai politik) mendapatkan tempat di hati masyarakat. Jika menang, berarti aktivitas politik ketika terjun ke masyarakat berhasil, dan hal tersebut ditandai dengan dukungan dan partisipasi yang teragregasi dalam wujud kemenangan pemilu/pilkada.
Persepsi dan asumsi tersebut jelas mengandung karancuan dan peluang kesalahan. Dalam realitas politik, bisa saja sebuah parpol bekerja maksimal untuk hadir ditengah masyarakat dan melakukan kewajiban politik parpol sebagaimana mestinya. Dampaknya adalah kepercayaan masyarakat kepada parpol menjadi saluran dan representasi untuk mengadvokasi kepentingan masyarakat. Dalam pakem mekanisme demokrasi, perolehan suara parpol baik untuk kepentingan pemilihan parlemen (legislative) maupun eksekutif jika menang bisa diklaim sebagai kemenangan parpol. Dan terkadang dengan bahasa klise diklaim sebagai kemenangan rakyat.
Dalam kontek dakwah yang dilakukan oleh parpol intra-parlementer, maka klaim kemenangan diatas  rancu dan berpeluang salah. Tidak jarang sebuah awal langkah di anggap puncak dan akhir langkah pencapaian. Karenanya hakikat kemenangan dakwah tidaklah bisa dinilai dengan tolak ukur kemenangan di pemilu ataupun di pilkada semata, namun juga tolak ukurnya adalah sejauh mana masyarakat menjadi sadar dan faham akan tujuan dari dakwah yang diemban oleh parpol itu sendiri. Dan sejauh mana parpol yang meraih kemenangan tersebut bisa merealisasikan target-target politiknya (ghoyah antara). Dan puncaknya bagi dakwah yang dipikul oleh parpol adalah sejauhmana bisa mengembalikan kehidupan sosial politik diatas jalan tauhid yang diajarkan dan diperintahkan al Qur’an dan as Sunnah.
Penyempitan tolak ukur cukup berbahaya karena umat ataupun masyarakat secara umum semakin terbius oleh praktik dakwah yang bersifat islahiy (dengan target perubahan artificial/kulit), bisa melenakan masyarakat atas akar persoalan yang mendera umat secara keseluruhan.



Dakwah Pragmatis (Waqi’iyun) vs Dakwah Ideologis (Mabda’i)
Ibarat menjadi seorang dokter, maka ketika dokter hendak mengobati seorang pasien, ia harus mendiagnosis terlebih dulu apa penyebab utama penyakit sang pasien. Dokter “tidak boleh salah” diagnosanya. Sebab, kesalahan dilevel ini akan berdampak kesalahan prognosanya (langkah medis berikutnya). Akibatnya, pasien bukan sembuh dari sakitnya, tapi bisa mati tragis, atau penyakitnya makin kronis dan  komplikasi.
Kesalahan identifikasi terhadap persoalan umat Islam juga akan mengakibatkan kesalahan pada penentuan tujuan (target) dan metode dakwah, konsentrasi amal, persiapan-persiapan, serta perkara-perkara cabang lainnya. Dengan kata lain, kesalahan dalam perkara ini akan berimplikasi pada langkah-langkah selanjutnya.
Untuk itu, pengkajian terhadap persoalan utama kaum Muslim harus dilakukan dengan teliti. Dengan itu, upaya yang dilakukan oleh gerakan dakwah Islam bisa benar-benar menyelesaikan akar masalah sesungguhnya. Dengan itu pula, gerakan-gerakan Islam tidak memboroskan waktu dan energi umat pada perjuangan-perjuangan yang sebenarnya tidak menyentuh substansi dasar permasalahan umat.
Kalau kita melihat mereka yang mencoba mengurai persoalan umat, setidaknya ada dua arus gerakan (dengan dikotomi intra-parlemen dalam dan ekstra-parlemen). Pertama yang disebut dengan gerakan dakwah pragmatis-praktis, dan yang kedua gerakan dakwah ideologis.
Dakwah pragmatis adalah dakwah yang menyadari kerusakan fakta yang ada dalam kehidupan umat, menyadari pula kewajiban untuk merubahnya, tetapi dakwahnya langsung fokus kepada langkah aksi dan paradigma pemikirannya tidak menjangkau sampai ranah hakikat permasalahan pokok dan utama yang menimpa masyarakat. Langkah aksi itu dilakukan minus kesiapan konsepsi yang bisa hantarkan kepada kebangkitan. Akhirnya gerakan itu dalam ruang siklus aksi praktis dan pragmatis. Dan berputar-putar disitu-situ saja tanpa, membawa pengaruh perubahan kulit dan tidak mendasar. Sebuah aksi yang berputar dan mengalir seiring dengan persoalan-persoalan baru yang terus bermunculan dan berkembang yang sejatinya persoalan tersebut adalah akibat dari akar persoalan yang tidak terpecahkan. Sehingga dengan aksi-aksi yang dilakukan tersebut, mereka telah merasa melakukan kerja nyata, tidak hanya sebatas melakukan aksi berupa wacana atau sebatas konsep saja.
Harusnya sebagai sebuah gerakan dakwah ketika menetapkan usaha-usaha untuk meraih perubahan, mau tidak mau harus melihat dengan jeli fakta dari sebuah perubahan yang hendak diraih.Kebutuhan krusial untuk memahami akar persoalan keumatan dan mengkontruksi perubahan yang diidealkan. Penginderaan yang tepat pada sebuah permasalahan berpengaruh mutlak pada arah dan fokus agenda dari sebuah gerakan dakwah. Ini yang menjadi penyebab di antara sebab-sebab lain sehingga akan menjadi maksimal dan tidaknya arti dari sebuah perubahan yang diinginkan  sebuah gerakan dakwah.
Lain lagi dengan gerakan dakwah idelogis, yaitu dakwah yang menyadari realitas kerusakan yang ada dan keterbelakangan masyarakat. Ia akan melihat realitas permasalahan yang ada serta melakukan kajian secara mendalam tentang solusi yang bersifat fundamental/menyeluruh (taghyir al juduriy).
Karakter dakwah bersifat ideologis alamiyah akan berbenturan dengan pemikiran lama, perasaan kolektif masyarakat, peraturan-peraturan dan para aparaturnya (sistem yang sudah ada) dengan pemikiran yang di bawa oleh entitas gerakan ideologis. Sebuah pertarungan pemikiran dan politik benar-benar terjadi, baik dalam warna yang terang maupun terkadang masih “abu-abu”.
Akhirnya gerakan idelogis –sejak awal aktivitasnya- kerap dianggap asing dan membahayakan status quo.Sekalipun hakikatnya para pengemban dakwah ideologis diatas jalan yang benar (al haq). Sejarah selalu mencatat dengan baik episode pertarungan yang seolah tiada ujung itu.

Hakikat Kemenangan Dakwah
Kemenangan dakwah bukanlah sekedar sampainya orang Islam/parpol Islam ke tampuk kekuasaan. Apalah artinya orang Islam sampai ke tahta kekuasaan namun tidak menjalankan atau tidak menerapkan aturan Islam. Sangat masghul bagi banyak umat jika hafidz qur’an, ataupun hafal ratusan bahkan ribuah hadist, namun hal tersebut hanya menjadi hafalan saja. Contoh empirik umat bisa menyaksikan fenomena parlemen di Mesir. Sebagian kaum muslimin bangga dengan orang-orang Islam yang duduk di kursi parlemen Mesir tersebut. 25 % anggota parlemen Mesir adalah Hafidz qur’an. Diketahui bahwa para anggota dewan Parlemen Mesir terdiri  lebih dari 140 orang adalah hafizh  Al Quran, 100 orang lebih menghafal lebih dari 10 ribu hadits,  180 orang lebih telah hafal lebih dari 15 juz Al Quran. Namun pertanyaanya kemudian, apakah konstitusi negara mesir sekarang adalah syariat Islam?
Al Qur’an jelas bukan sekedar dibaca , tapi al Qur’an adalah pedoman hidup yang harus diamalkan . Bersama As Sunnah , Al Qur’an menjadi sumber hukum syariah Islam. Menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup berarti menjadikan syariah Islam sebagai pengatur kehidupan kita dalam seluruh aspek kehidupan. Lagi-lagi muaranya adalah syariah Islam.
Sungguh dipertanyakan muslim yang banyak membaca Al Qur’an atau bahkan menjadi hafidz, kemudian  mengatakan Al Qur’an sebagai pedoman hidup , namun tidak mau diatur oleh syariah Islam. Padahal Syariah Islam merupakan pedoman hidup yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah.
Sistem kapitalisme bisa tegak karena ada negara yang menerapkannya. Sosialisme bisa aplikatif juga karena ada negara yang menerapkannya. Sistem Islam yang sempurna dan komprehensif tentu juga tidak akan aplikatif kalau tidak ada negara yang menerapkannya. Syariat dan kekuasaan tidak bisa dipisahkan, dan dalam Islam sendiri  institusi managerial (negara) ditetapkan sebagai salah satu hukum pokok (method) untuk mengoperasionalkan seluruh piranti solusi secara utuh dalam sebuah bangunan sistem sosial politik yang dikenal sistem Khilafah Islamiyah.
Kemenangan dakwah adalah tatkala dakwah itu sendiri berhasil menyadarkan umat akan akar penyebab (root cause)  terhadap persoalan yang mendera umat Islam. Dimana persoalan yang mendera umat Islam menimpa dari berbagai sisi, mulai dari masalah ekonomi, sosial budaya, hukum dan lainnya, semuanya membelenggu dan terintegrasi timbal balik dala diri umat. Penting sekali merubah mindset atau pola berfikir umat, menjelaskan ke mereka bahwa penyebab dari semua penderitaan ini terjadi karena tidak diterapkannya syariah Islam di dalam kehidupan. Sehingga umat menjadi sadar dan faham, sehingga dengannya kemudian masyarakat akan memiliki satu pemahaman, satu perasaan tentang akar masalah dan top solusinya. Umat butuh kehadiran institusi managerial (negara) yakni sistem daulah Khilafah Islamiyah sebagai target puncak (ghoyah utama) bagi gerakan dakwah, karena ia sebagai satu-satunya metode untuk mewujudkan kehidupan Islam. Sebuah kehidupan yang semua pranata sosial politiknya bersumberkan Alqur’an dan As Sunnah berdiri tegak di atas kalimat tauhid “Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah”.
Lebih eksplisit, hakikat dari sebuah kemenangan dakwah adalah tatkala sampainya Islam ke kekuasan, sehingga dengan kekuasaan tersebut, syariat Islam yang di buat oleh Dzat Yang Maha Tahu akan kebutuhan manusia di dunia dapat diterapkan. Dengan diterapkannya syariah Islam, maka kesejahteraan dan keadilan akan bisa terwujud, tanpa syariah Islam, keadilan dan kesejahteraan hanyalah akan menjadi pepesan kosong, kecuali yang dimaksud sejahtera dan adil itu adalah untuk segelintir elit politik yang memang haus akan harta dan kekuasaan.
Seperti potret kehidupan politik di Indonesia, episode kemenangan demi kemenangan di laga pemilu atau pilkada oleh parpol Islam sama sekali tidak kongkruen dengan perubahan dan tingkat kesejahteraan dan rasa keadilan masyarakat luas. Mereka berkuasa dengan atas nama rakyat, meraih tahta dengan bahasa agama dan “dupa” ketidakmengertian umat. Menggenggam jabatan dan kekuasaan melabelinya sebagai amanah rakyat, tapi waktu demi waktu membuktikan bahwa itu hanya retorika. Dan rakyat seperti menemukan lorong buntu, sekian parpol Islam belum pernah bisa memberikan jalan lempang untuk perubahan nasib mereka. Parpol Islam berputar mengikuti langgam dan pakem demokrasi, menjadi konduktor pemikiran dan perasaan masyarakat yang berujung kepada tumpulnya kesadaran bahwa yang dibutuhkan adalah perubahan revolusioner. Inilah potret buram yang sangat memprihatinkan.Lantas kemenangan mana yang patut dibanggakan? Adakah yang masih latah berani dengan lacut mengklaim kemenangan di pesta demokrasi nasional maupun lokal sejatinya adalah kemenangan dakwah?.
Sekarang ini yang terjadi adalah orang Islam sudah sampai di kekuasaan, namun Islam-nya itu masih ditinggalkan alias belum sampai.Moga satu prespektif tentang “kemenangan” ini mendorong lahirnya sikap jujur dan berani muhasabah diri bagi para pengemban dakwah Islam dengan baragam wajahnya.
Wallohualam bis sawabb.

Jumat, 15 Februari 2013

Apa iya PKS Di-bully?





Jakarta, 15 Februari 2013
WIJAYA, ST

Meskipun pusaran berita tidak lagi bertumpu pada pemberitaan PKS, namun berita tentang PKS masih saja menjadi berita yang seksi untuk dibicarakan. Tengoklah semalam sebuah acara di televisi yang memuat tentang kekayaan Ketua Majelis Syuro PKS, Hilmi Aminudin. Lantas muncul pertanyaan benarkah PKS dibulli oleh media?.
untuk menjawab itu, lebih baik jika dipahami dahulu pengertian  bullying dan aspek-aspeknya. Menurut ahli-ahli yang serius bergulat dengan bullying ini, seperti Olweus, Craig, Newman mereka mengartikan perilaku bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan terus-menerus, dilakukan oleh pihak yang memiliki power lebih, dengan tujuan menyakiti. Mengenai macamnya, bullying dapat terbagi ke dalam banyak macam seperti school bullying, workplace bullying, sport bullying, dan political bullying.  jenis perilakunya dapat berupa agresi fisik, agresi verbal, pengucilan, dancyber bullying.

Siapa saja yang terlibat dalam perilaku bullying:
1. pelaku
Pelaku adalah orang yang memiliki power yang lebih kuat dari korbannya. pada kasus-kasus yang bersifat individual biasanya pelaku ini adalah korban pada awalnya. jadi kaalu ada orang yang terbiasa mencela, mengumpat, atau bahkan agresi fisik lainnya maka dapat diduga bahwa pelaku ini dulu pernah mengalami hal serupa. Secara psikologis pelaku sebenarnya memliki kepribadian insecure (tidak aman). Motif pelaku bermacam-macam, dari kepuasan pribadi sampai pada keuntungan finansial.
2. korban
korban adalah pihak yang dirugikan oleh perilaku agresif yang dilakukan orang lain. biasanya korban cenderung tidak berani melawan, kurang sumberdaya, dan kurang asertif. kenapa dia terus menjadi korban? disebabkan kurang equalnya kekuatan antara pelaku dan korban.
3. penonton
Perilaku bullying tidak bisa dilepaskan dari penonton. penonton menjadikan pelakubullying mendapatkan perhatian, sehingga dia akan terus menerus melakukan perilakubullying karena ada yang memperhatikan. celakanya, penonton ini akan cenderung menjadi temannya pelaku. kenapa? karena untuk menghindari dijadikan korban berikutnya.
dengan sedikit teori tentang bullying tersebut coba kita analisis pada kasus PKS.pertama, kita mengajukan pertanyaan dari sudut pandang definisi. Benarkan PKS mendapat perilaku agresif secara terus-menerus, dilakukan oleh pihak dengan power yang lebih, dengan tujuan menyakiti? Pemberitaan miring mengenai PKS baik oleh media atau oleh gerakan islam yang lainya bisa anda tengok dengan mudah jika anda ketikkan pada mesin pencari. pemberitaan tentang PKS mulai santer pasca pemilu 2004 karena tidak segera mendukung amin rais menjadi presiden waktu itu sampai sekarang dan puncaknya pada ditangkapnya LHI dalam tuduhan perkara suap Impor daging sapi.  PKS tidak memiliki media yang dapat melawan pemberitaan media kecuali memelui jejaring sosial. Majalah SAKSI yang dulu mereka miliki tidak terbit lagi. dalam kasus ini terjadi imbalance power. Apakah tujuannya menyakiti PKS? anda dapat menjawabnya sendiri.
pertayaan kedua, apakah perilaku menyudutkan partai politik dapat disebut sebagaibullying? menelaah dari macam-macam bullying yang disebutkan di atas maka hal ini termasuk dalam kategori political bullying. Tipe agresi yang banyak dilakukan adalah dengan menggunakan verbal dan cyber bullying.
pertanyaan ketiga, apakah memenuhi ketiga unsurnya yakni pelaku, korban dan penonton? prespektif untuk melihat ini mudah. Apakah berita tentang PKS memiliki rating yang tinggi di media? jika jawabannya benar maka penonton memiliki andil yang besar untuk terjadinya perilaku bullying ini.

Dengan mengajukan ketiga kerangka di atas maka saya sebagai pemerhati bullying menyimpulkan bahwa adalah benar PKS menjadi korban bullying dalam konteks pemberitaan media.  lalu apa sebaiknya yang dilalukan PKS  jika kemudian mereka merasa menjadi korban. Dalam kamus penanganan bullying akan kita temui bahwa salah satu cara untuk keluar dari perilaku bullying adalah “stand up, dan speak up“. PKS harus mengupayakan memiliki media tandingan, memiliki tim counterattack, menggunakan simpul-simpul dan kadernya untuk melakukan “perlawanan” terhadap pemberitaan yang tendensius.