Arti sebuah kehidupanku kini
dimulai dari beberapa tahun yang lalu, ketika sebuah amanah besar datang (seinginnya) dalam pundak ini.
Akan nama dakwah.
Yang membawa hidupku berubah dan jelas lebih bermakna saat ini. Penuh liku yang membawa seorang hambanya pada sebuah kehakikian agama.
Status marital yang tidak lebih dari sebuah kesetiaan akan dakwah, mendidik kadernya untuk setia pada logat dakwah, yang sekiranya dapat menghantarkan sebuah cerminan kehidupan akan Rasulloh dan pengikut-pengikut lainnya,
yang setia pada jalan ini, jalan dakwah.
Sekali lagi, jalan ini penuh onak dan duri yang tak jarang membawa pengembannya jatuh pada jurang kemungkaran. Innalillahi :|
Memiliki kekuatan besar, adalah sebuah modal untuk tetap tegar dan bersinar dalam jalan ini.
Arti dari sebuah prakondisi yang siap menjalankan sebuah amanah, yaitu amanah dari sebuah kader dakwah.
Kita semua mengetahui,
bahwasannya amanah seorang kader dakwah itu tidak hanya sampai pada saat dia siap dibina.
Aktif ikut kegiatan dakwah, lari sana-sini demi sebuah hub yang diberikan tuhannya.
Terkadang tidak memperdulikan ancaman badai didepan mata, melupakan semua keluh yang siap menghantui. Atau bahkan supremasi hukum Islam itu sendiri.
Sedikit bungkam! Melihat kader-kader yang tidak pandai mendefinisikan arti militansi itu lagi. Disaat memang suatu kondisi mengharuskan mereka untuk tetap berperang melawan tantangan yang hadir dalam jalannya.
Pertanyaan selanjutnya,
setelah siap untuk dibina, apakah kita wajib dan siap untuk membina?
Belum tentu dari sekian banyak yang bertahan, mereka siap untuk membina, karena mereka paham atau bahkan sekedar lari dari sebuah amanah yang dipandang sebagai ganjalan untuk bergerak.
Banyak alasan yang menghalangi, tidak satu, dua atau seribu. Berusaha untuk lari dan semaksimal mungkin mendefinisikan bahwasannya amanah itu adalah amanah yang sangat besar. Perbandingannya sangat jauh dan perlu daurah yang panjang, kalaupun amanah tersebut akan diambilnya. Miris!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar