BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perjalanan
panjang sejarah Bangsa
Indonesia sejak era sebelum dan selama penjajahan, dilanjutkan era merebut dan
mempertahankan kemerdekaan sampai dengan mengisi kemerdekaan menimbulkan
kondisi dan tuntunan yang berbeda-beda sesuai dengan zamannya. Dengan ini
diharap bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai perjuangan
bangsa yang dilandasi jiwa, tekad dan semangat kebangsaan. Semangat perjuangan
bangsa yang tidak mengenal menyerah harus dimiliki oleh setiap Warga Negara
Republik Indonesia khususnya kalangan Mahasiswa.
Semangat
perjuangan bangsa Indonesia mengalami pasang surut sesuai dinamika perjalanan
kehidupan yang disebabkan antara lain globalisasi yang ditandai dengan pesatnya
perkembangan IPTEK. Khususnya dibidang informasi. Komunikasi dan tranportasi, sehingga dunia menjadi transparan yang
seolah-olah menjadi kampung sedunia
tanpa mengenal batas Negara.
Kondisi ini menciptakan struktur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara serta mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan masyarakat Indonesia.
Semangat perjuangan Bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan dan menghadapi globalisasi, warga negara Indonesia perlu memiliki wawasan dan kesadaran bernegara, sikap dan perilaku cinta tanah air serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka bela Negara demi utuh dan tegaknya serta berdaulatnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Disinilah sangat diperlukan peran mahasiswa sebagai kaum yang terpelajar, independen dan memiliki idealisme yang tinggi. Terbukti bahwa sitiap perubahan yang terjadi di negeri ini tidak lepas dari pergerakan dan peran mahasiswa, bahkan mahasiswa selalu tampil sebagai pemeran utama.
Semangat perjuangan Bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan dan menghadapi globalisasi, warga negara Indonesia perlu memiliki wawasan dan kesadaran bernegara, sikap dan perilaku cinta tanah air serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka bela Negara demi utuh dan tegaknya serta berdaulatnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Disinilah sangat diperlukan peran mahasiswa sebagai kaum yang terpelajar, independen dan memiliki idealisme yang tinggi. Terbukti bahwa sitiap perubahan yang terjadi di negeri ini tidak lepas dari pergerakan dan peran mahasiswa, bahkan mahasiswa selalu tampil sebagai pemeran utama.
Pembicaraan tentang mahasiswa dan gerakannya sudah lama
menjadi pokok bahasan dalam berbagai kesempatan pada hampir semua kalangan
masyarakat. Begitu banyaknya forum-forum diskusi yang diadakan, telah
menghasilkan pula berbagai tulisan, makalah, maupun buku-buku yang diterbitkan
tentang hakikat, peranan, dan kepentingan gerakan mahasiswa dalam pergulatan
politik kontemporer di Indonesia. Terutama dalam konteks kepeduliannya dalam
merespon masalah-masalah sosial politik yang terjadi dan berkembang di tengah
masyarakat. Bahkan, bisa dikatakan bahwa gerakan mahasiswa seakan tak pernah absen
dalam menanggapi setiap upaya depolitisasi yang dilakukan penguasa. Terlebih
lagi, ketika maraknya praktek-praktek ketidakadilan, ketimpangan, pembodohan,
dan penindasan terhadap rakyat atas hak-hak yang dimiliki tengah terancam.
Kehadiran gerakan mahasiswa sebagai perpanjangan aspirasi rakyat dalam situasi
yang demikian itu memang sangat dibutuhkan sebagai upaya pemberdayaan kesadaran
politik rakyat dan advokasi atas konflik-konflik yang terjadi pada penguasa.
Secara umum, advokasi yang dilakukan lebih ditujukan pada upaya penguatan
posisi tawar rakyat maupun tuntutan-tuntutan atas konflik yang terjadi menjadi
lebih signifikan. Dalam memainkan peran yang demikian itu, motivasi gerakan
mahasiswa lebih banyak mengacu pada panggilan nurani atas kepeduliannya yang
mendalam terhadap lingkungannya serta agar dapat berbuat lebih banyak lagi bagi
perbaikan kualitas hidup bangsanya.
Dengan demikian, segala ragam bentuk perlawanan yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa lebih merupakan dalam kerangka melakukan koreksi atau kontrol atas perilaku-perilaku politik penguasa yang dirasakan telah mengalami distorsi dan jauh dari komitmen awalnya dalam melakukan serangkaian perbaikan bagi kesejahteraan hidup rakyatnya. Oleh sebab itu, peranannya menjadi begitu penting dan berarti tatkala berada di tengah masyarakat. Karena begitu berartinya, sejarah perjalanan sebuah bangsa pada kebanyakan negara di dunia telah mencatat bahwa perubahan sosial (social change) yang terjadi hampir sebagian besar dipicu dan dipelopori oleh adanya gerakan perlawanan mahasiswa.
Alasan utama mengapa penulis menempatkan gerakan mahasiswa dalam tulisan ini adalah tidak lain karena peran gerakan mahasiswa tersebut sebagai pelopor dan penggerak dalam membela rakyat dari berbagai tirani dan segala bentuk ketimpangan yang terjadi di Indonesia. Mahasiswa dan gerakannya yang senantiasa mengusung panji-panji keadilan, kejujuran, selalu hadir dengan ketegasan dan keberanian. Walaupun memang tak bisa dipungkiri, faktor pemihakan terhadap ideologi tertentu turut pula mewarnai aktifitas politik mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya yang tak kalah besar dari kekuatan politik lainnya. Mahasiswa yang merupakan sosok pertengahan dalam masyarakat yang masih idealis namun pada realitasnya terkadang harus keluar dari idealitasnya. Pemihakan terhadap ideologi tertentu dalam gerakan mahasiswa memang tak bisa dihindari. Pasalnya, pada diri mahasiswa terdapat sifat-sifat intelektualitas dalam berpikir dan bertanya segala sesuatunya secara kritis dan merdeka serta berani menyatakan kebenaran apa adanya. Sebuah konsep yang cukup ideal bagi sebuah pergerakan mahasiswa walau tidak jarang pemihakan-pemihakan tersebut tidak pada tempatnya.
Dengan demikian, segala ragam bentuk perlawanan yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa lebih merupakan dalam kerangka melakukan koreksi atau kontrol atas perilaku-perilaku politik penguasa yang dirasakan telah mengalami distorsi dan jauh dari komitmen awalnya dalam melakukan serangkaian perbaikan bagi kesejahteraan hidup rakyatnya. Oleh sebab itu, peranannya menjadi begitu penting dan berarti tatkala berada di tengah masyarakat. Karena begitu berartinya, sejarah perjalanan sebuah bangsa pada kebanyakan negara di dunia telah mencatat bahwa perubahan sosial (social change) yang terjadi hampir sebagian besar dipicu dan dipelopori oleh adanya gerakan perlawanan mahasiswa.
Alasan utama mengapa penulis menempatkan gerakan mahasiswa dalam tulisan ini adalah tidak lain karena peran gerakan mahasiswa tersebut sebagai pelopor dan penggerak dalam membela rakyat dari berbagai tirani dan segala bentuk ketimpangan yang terjadi di Indonesia. Mahasiswa dan gerakannya yang senantiasa mengusung panji-panji keadilan, kejujuran, selalu hadir dengan ketegasan dan keberanian. Walaupun memang tak bisa dipungkiri, faktor pemihakan terhadap ideologi tertentu turut pula mewarnai aktifitas politik mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya yang tak kalah besar dari kekuatan politik lainnya. Mahasiswa yang merupakan sosok pertengahan dalam masyarakat yang masih idealis namun pada realitasnya terkadang harus keluar dari idealitasnya. Pemihakan terhadap ideologi tertentu dalam gerakan mahasiswa memang tak bisa dihindari. Pasalnya, pada diri mahasiswa terdapat sifat-sifat intelektualitas dalam berpikir dan bertanya segala sesuatunya secara kritis dan merdeka serta berani menyatakan kebenaran apa adanya. Sebuah konsep yang cukup ideal bagi sebuah pergerakan mahasiswa walau tidak jarang pemihakan-pemihakan tersebut tidak pada tempatnya.
Pada mahasiswa kita mendapatkan potensi-potensi yang
dapat dikualifikasikan sebagai modernizing
agents. Praduga bahwa dalam kalangan mahasiswa kita semata-mata menemukan
transforman sosial berupa label-label penuh amarah, sebenarnya harus diimbangi
pula oleh kenyataan bahwa dalam gerakan mahasiswa inilah terdapat
pahlawan-pahlawan damai yang dalam kegiatan pengabdiannya terutama didorong
oleh aspirasi-aspirasi murni dan semangat yang ikhlas. Kelompok ini bukan saja
haus edukasi, akan tetapi berhasrat sekali untuk meneruskan dan menerapkan
segera hasil edukasinya itu, sehingga pada gilirannya mereka itu sendiri
berfungsi sebagai edukator-edukator dengan cara-caranya yang khas.
Masa selama studi di kampus merupakan sarana penempaan diri yang telah merubah pikiran, sikap, dan persepsi mereka dalam merumuskan kembali masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Kemandegan suatu ideologi dalam memecahkan masalah yang terjadi merangsang mahasiswa untuk mencari alternatif ideologi lain yang secara empiris dianggap berhasil. Maka tidak jarang, kajian-kajian kritis yang kerap dilakukan lewat pengujian terhadap pendekatan ideologi atau metodologis tertentu yang diminati. Tatkala, mereka menemukan kebijakan publik yang dilansir penguasa tidak sepenuhnya akomodatif dengan keinginan rakyat kebanyakan, bagi mahasiswa yang committed dengan mata hatinya, mereka akan merasa terpanggil sehingga terangsang untuk bergerak.
Dalam kehidupan gerakan mahasiswa terdapat jiwa patriotik yang dapat membius semangat juang lebih radikal. Mereka sedikitpun tidakkan ragu dalam melaksanakan perjuangan melawan kekuatan tersebut. Berbagai senjata ada di tangan mahasiswa dan bisa digunakan untuk mendukung dalam melawan kekuasaan yang ada agar perjuangan maupun pandangan-pandangan mereka dapat diterima. Senjata-senjata itu, antara lain seperti petisi, unjuk rasa, boikot atau pemogokan, hingga mogok makan. Dalam konteks perjuangan memakai senjata-senjata yang demikian itu, perjuangan gerakan mahasiswa jika dibandingkan dengan intelektual profesional, lebih punya keahlian dan efektif.
Kedekatannya dengan rakyat terutama diperoleh lewat dukungan terhadap tuntutan maupun selebaran-selebaran yang disebarluaskan dianggap murni pro-rakyat tanpa adanya kepentingan-kepentingan lain mengiringinya. Adanya kedekatan dengan rakyat dan juga kekuatan massif mereka menyebabkan gerakan mahasiswa bisa bergerak cepat berkat adanya jaringan komunikasi antar mereka yang aktif layaknya bola salju, semakin lama semakin besar. Oleh karena itu, sejarah telah mencatat peranan yang amat besar yang dilakukan gerakan mahasiswa selaku prime mover terjadinya perubahan politik pada suatu negara. Secara empirik kekuatan mereka terbukti dalam serangkaian peristiwa penggulingan. Akan tetapi, walaupun sebagian besar peristiwa penggulingan kekuasaan itu bukan menjadi monopoli gerakan mahasiswa sampai akhirnya tercipta gerakan revolusioner. Namun, gerakan mahasiswa lewat aksi-aksi mereka yang bersifat massif politis telah terbukti menjadi katalisator yang sangat penting bagi penciptaan gerakan rakyat dalam menentang kekuasaan tirani untuk mengubah kondisi menjadi lebih baik.
Masa selama studi di kampus merupakan sarana penempaan diri yang telah merubah pikiran, sikap, dan persepsi mereka dalam merumuskan kembali masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Kemandegan suatu ideologi dalam memecahkan masalah yang terjadi merangsang mahasiswa untuk mencari alternatif ideologi lain yang secara empiris dianggap berhasil. Maka tidak jarang, kajian-kajian kritis yang kerap dilakukan lewat pengujian terhadap pendekatan ideologi atau metodologis tertentu yang diminati. Tatkala, mereka menemukan kebijakan publik yang dilansir penguasa tidak sepenuhnya akomodatif dengan keinginan rakyat kebanyakan, bagi mahasiswa yang committed dengan mata hatinya, mereka akan merasa terpanggil sehingga terangsang untuk bergerak.
Dalam kehidupan gerakan mahasiswa terdapat jiwa patriotik yang dapat membius semangat juang lebih radikal. Mereka sedikitpun tidakkan ragu dalam melaksanakan perjuangan melawan kekuatan tersebut. Berbagai senjata ada di tangan mahasiswa dan bisa digunakan untuk mendukung dalam melawan kekuasaan yang ada agar perjuangan maupun pandangan-pandangan mereka dapat diterima. Senjata-senjata itu, antara lain seperti petisi, unjuk rasa, boikot atau pemogokan, hingga mogok makan. Dalam konteks perjuangan memakai senjata-senjata yang demikian itu, perjuangan gerakan mahasiswa jika dibandingkan dengan intelektual profesional, lebih punya keahlian dan efektif.
Kedekatannya dengan rakyat terutama diperoleh lewat dukungan terhadap tuntutan maupun selebaran-selebaran yang disebarluaskan dianggap murni pro-rakyat tanpa adanya kepentingan-kepentingan lain mengiringinya. Adanya kedekatan dengan rakyat dan juga kekuatan massif mereka menyebabkan gerakan mahasiswa bisa bergerak cepat berkat adanya jaringan komunikasi antar mereka yang aktif layaknya bola salju, semakin lama semakin besar. Oleh karena itu, sejarah telah mencatat peranan yang amat besar yang dilakukan gerakan mahasiswa selaku prime mover terjadinya perubahan politik pada suatu negara. Secara empirik kekuatan mereka terbukti dalam serangkaian peristiwa penggulingan. Akan tetapi, walaupun sebagian besar peristiwa penggulingan kekuasaan itu bukan menjadi monopoli gerakan mahasiswa sampai akhirnya tercipta gerakan revolusioner. Namun, gerakan mahasiswa lewat aksi-aksi mereka yang bersifat massif politis telah terbukti menjadi katalisator yang sangat penting bagi penciptaan gerakan rakyat dalam menentang kekuasaan tirani untuk mengubah kondisi menjadi lebih baik.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun
rumusan masalah dari makalah ini adalah Bagaimana pentingnya kita memperjuangkan hak asasi mahasiswa, dalam mengisi
kemerdekaan Indonesia. Baik berpartisipasi politik, maupun hanya mengeluarkan
pendapat.
C. TUJUAN
Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Agar Mahasiswa dapat lebih mengetahui seberapa pentingnya
pergerakan mahasiswa di Indonesia.
2. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti atau menjadi salah satu peserta dalam kegiatan LKMM – TM
(Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa – Tingkat Menengah) di UNILA, Bandar
Lampung.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. ABSTRAK
Mahasiswa dikenal dalam masyarakat sebagai kaum inteletual yang selalu
berpikir baru dan bergerak.
Ada juga yang mengatakan mahasiswa adalah agen of change (agen perubahan) yang selalu
berada di garis terdepan dalam memperjuangkan suatu perubahan untuk mencapai
sesuau yang lebih baik.
Mungkin banyak masyarakat yang bertanya “Kenapa Soeharto
bisa lengser dengan gerakan mahasiswa?”
Sebenarnya apa yang menjadi landasan dari munculnya gerakan mahasiswa dengan ritme-nya
yang cukup panjang dalam alur sejarah bangsa ini? Mengapa gerakan mahasiswa
seolah-olah diidentikan dengan keharusan sejarah yang harus terjadi dalam alur
masyarakat modern ini?
Tentunya kita tidak mungkin
akan bisa menjawab itu semua secara utuh dan medetail namun, ada baiknya
apabila kita setiap saat selalu mempertanyakan kembali tentang mengapa gerakan mahasiswa itu sendiri secara
sederhana dan mendasar.
B. LANDASAN PEMIKIRAN
Paradigma
pemikiran dari sebuah gerakan harus di bangun berlandaskan landasan nilai-nilai
kemanusian dan moralitas
serta rasionalitas yang benar
dan bukan sikap emosional yang cenderung nantinya mendorong kita nanti bersikap
reaksioner. Sebuah gerakan tidaklah bisa lahir begitu saja tanpa suatu landasan
pemikiran yang jelas dan rasional.
Sebuah Gerakan
haruslah membutuhkan sebuah landasan (teori) dalam bertindak (praktek), karena apabila tidak dilandasi strategi
dan taktik, sebuah gerakan itu akan terjebak kepada :
· Sikap Aktivisme
(ikut-ikutan) dari pelaku gerakan tersebut
· Tidak mengenal arah dan orientasi
· Gampang sekali dipatahkan
dan dihancurkan
· Sulit dikendalikan atau dikontrol
Karenanya penting sekali
untuk diketahui bersama tentang landasan dan bangunan dasar (infrastruktur)
dari suatu gerakan
tersebut.
C. GERAKAN
Gerakan adalah suatu bentuk
usaha kerja bersama yang terarah dan berkelanjutan untuk melakukan sebuah
perubahan tatanan kehidupan sosial-budaya, ekonomi-politik dan hukum dari sebuah kondisi sebelumnya yang buruk menuju
kondisi yang lebih baik (ideal).
Dalam hal ini pengertian
dari usaha bersama ini adalah syarat kunci dari suatu gerakan, dan hal itu juga
berlaku terhadap golongan anarkis yang selalu sesumbar bisa melakukan aksi-individu sebagai
manifestonya dalam memaknai dirinya sebagai individu yang bebas dan universal. Hal ini
dikarenakan yang dimaknai sebagai gerakan tentulah tidak bisa
dilakukan secara individual karena bentuk perubahan yang diinginkan tentunya dalam skala
yang besar. Karena itu pengertian gerakan sangat berbeda dengan apa
yang kita namakan sebagai gerak-gerik, dimana pengertian
terakhir itu tentulah bisa dilakukan secara individu yang bergerak (berinteraksi)
bebas kesana-kemari.
Dalam sejarah perkembangan masyarakat telah terbukti
bahwa, yang namanya gerakan selalu dilakukan secara kolektif (bersama) tidak pernah dalam
sejarah seorang manusia bisa melakukan aksi-individu dalam merubah tatanan masyarakat,
seperti yang sering didengung-dengungkan oleh kalangan anarkisme. Seperti yang telah diuraikan, bahwa tentunya
alasan kita bergerak
karena didorong oleh hakikat dari adanya suatu penindasan dan rasa
ketidakadilan yang berjalan di atas nilai-nilai kemanusiaan.
Pada umumnya tidaklah pasti
setiap orang atau sekelompok masyarakat yang di tindas selalu melawan dengan melakukan gerakan perlawanan terhadap
si penindas tersebut.
Tentulah hal itu harus
terletak atas kesadaran dari setiap individu atau kelompok yang ingin melakukan sebuah perubahan itu
tersebut. Hal itu dikarenakan bahwa perubahan itu tidak akan datang secara
tiba-tiba dari langit menghampiri kita, karena itu orang-orang yang merasa
tertindaslah (paling dirugikan) yang harus merasa paling ingin perubahan itu
dan memposisikan dirinya sebagai pelaku dari gerakan tersebut.
Keharusan kita bergerak
tidaklah harus diartikan dengan setelah kesiapan wacana kita dalam memahami hakekat
penindasan itu sendiri. Realitas akan penindasan terekam secara utuh di setiap kepala rakyat kecil
Indonesia. Referensi
hanya menguraikan bagaimana penindasan itu berlangsung dan terjadi.
Mengenai dimana kita
bergerak idealnya adalah di suatu tempat berlangsungnya suatu proses penindasan
itu terjadi.
Karena itu apabila kita
tinggal di Indonesia maka yang akan kita bicarakan terlebih dahulu adalah
bentuk penindasan yang terjadi di negeri ini. Apabila kita mahasiswa yang kuliah di
Bali maka yang terdekat bisa kita lakukan tentunya ada di sini.
Dengan memahami bentuk
penindasan yang terjadi maka pada dasarnya, sekalipun tipikal masyarakat itu
berbeda-beda (heterogen) namun mekanisme penindasan yang berjalan oleh
kekuasaan tetaplah sama dan seragam..dan memiliki efek yang sama kepada setiap
masyarakat.
Secara umum kita masih mempunyai kedua tangan kita untuk melakukan perlawanan, kita masih mempunyai mulut untuk menyuarakan kebenaran dan keadilan dan kita masih mempunyai hati.
Secara khusus kita menggunakan organisasi sebagai alat
perjuangan kita. Dengan menggunakan organisasi maka kita telah lebih maju selangkah dalam merasionalisasikan
segala bentuk pemikiran / ide-ide akan perubahan itu kedalam distribusi pemikiran dan
pekerjaan di antara pelaku gerakan itu sendiri.
Dari gambaran diatas,
apakah kita sepakat dengan landasan bergerak kita didasari oleh moral yang
melihat sebuah proses penindasan, proses ketidakadilan, dan proses
kesewenang-wenangan yang di lakukan oleh kaum penindas terhadap kaum
tertindas ?
Kalau Ya! Mari kita berjuang
bersama-sama untuk melawan setiap bentuk penindasan.
Kalau Tidak! Memposisikan diri sebagai pelaku
perubahan tersebut maka kalian akan berhadapan dengan Kami yang Tertindas !!
Dan siap-siap Kami suruh apabila momentum
dari arus perubahan itu sudah terbangun.
Proses kesadaran dalam
membangun sebuah organisasi perlawanan memang
membutuhkan waktu yang sangat panjang. Kita mahasiswa sebagai “Rakyat
Terdidik” hanya mempunyai waktu yang relatif cukup singkat, antara 5 sampai dengan 7 tahun dibangku perkuliahan dengan metode
pengajaran dibangku kuliah yang kapitalistik. Mahasiswa dipaksa dan diseret pada
suatu realitas akan pilihan dia untuk menyelesaikan kuliahnya secepatnya. (tapi tidak sepenuhnya dapat
menjawab kemana atau akan apa mahasiswa setelah jadi sarjana). Hal inilah yang membuat kita sebagai pelaku gerakan itu
lupa atau tidak
sadar untuk menanamkan nilai-nilai perjuangannya itu, sehingga kita dan “Rakyat
terdidik” lainnya cenderung menjadi aktivisme (dari aksi ke aksi) tanpa
mempunyai landasan gerakan yang benar. Dari situlah kita dituntut untuk membangun kesadaran
melalui proses transformasi kepada “Rakyat Terdidik” (mahasiswa) lainnya, dan hal
itu bukanlah semacam doktrinisasi. Hal inilah yang membuat kita tidak sadar
atau lupa untuk membangun kesadaran politik dengan landasan bergerak yang
benar. Dari situlah kita di haruskan melakukan proses transformasi nilai-nilai
perjuangannya (kaderisasi) kepada generasi selanjutnya untuk tetap bisa menjaga
nilai-nilai idealisme perjuangan kita, serta agar gerakan tersebut terus
berlangsung tidak berhenti sampai disini saja.
Seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya bahwa sejarah yang telah dilakukan oleh gerakan mahasiswa tentunya tidak
luput juga dari kesalahan-kesalahan sebagai layaknya manusia yang khilaf dan
lemah. Bukan menjadi suatu rahasia lagi kalau figur-figur dari gerakan mahasiswa ‘98 itu bahkan
juga hal itu terjadi di Bali, kadang
arogan (angkuh), bertingkah
reaksioner, tak bisa
menahan diri (emosional), terkesan memaksakan kehendak sehingga
nuansa intrik
lebih banyak ada ketimbang kritik-membangun, dan kalau sudah begini bakal terjadi stagnasi
(kemandekan dari suatu gerakan tersebut), dikarenakan terlalu banyaknya konflik
ditubuh gerakan itu sendiri. Kondisi itulah akhirnya banyak membawa perpecahan
ditubuh mahasiswa
itu sendiri, dan perpecahan tersebut lebih banyak terjadi di karenakan faktor
ekstensialis dari pelaku-pelaku Gerakan itu sendiri.
Karena itu kita tidak bisa
berlarut-larut melemparkan tudingan bahwa ini adalah kesalahannya siapa
dan siapa yang harus bertanggungjawab?
Sebagai Individu yang
memposisikan dirinya sebagai pelaku dari gerakan itu, maka segala bentuk
persoalan tersebut jelas adalah tanggung jawab moral kita
Untuk kedepannya kita harus
menghindarkan sikap Opotunitis. Sikap oportunisme
sangat potensial melahirkan sikap tidak pernah konsisten terhadap apa yang kita
yakini dari sebuah jalannya perubahan, dan hal ini dikarenakan dilandasi oleh
metode bergerak yang salah, alias
tidak memahami tentang landasan pemikiran dan kerja-kerja gerakan.
Sikap Ikutan arah angin ini
tentunya akan sangat membahayakan bagi suatu gerakan perubahan. Dengan adanya pelaku gerakan yang oportunis maka niscaya
bukannya langkah kemajuan yang kita dapatkan namun justru segudang permasalahan
yang kita dapati.
D. PERGERAKAN
MAHASISWA
Modal dan strategi dasar yang harus dimiliki mahasiswa
yang merasa menjadi aktifis pergerakan dapat gambarkan dibawah ini :
·
Jaga prestasi akademik
Tugas utama mahasiswa
adalah belajar, karena kedudukan di kampus membawa implikasi bahwa mahasiswa
adalah seorang akademisi, pemikir, bergerak secara logis dan terukur. Kualitas
intelektual kita terukur lewat nilai-nilai dari mata kuliah yang kita ikuti.
Ingat bahwa teriakan berantas kebodohan, menggelikan ketika keluar dari mulut
mahasiswa bodoh!
·
Madzab
Pemikiran dan strategi pergerakan mahasiswa juga harus dikuasai. Ini
bisa dilakukan dengan banyak membaca sejarah pergerakan mahasiswa diberbagai
negara lain, membaca biografi tokoh pergerakan mahasiswa dimanapun berada, dan
tentu saja yang sangat urgent adalah
sejarah dan benang merah pergerakan mahasiswa di Indonesia. Jangan sampai
mahasiswa mengulang kesalahan yang dilakukan mahasiswa di era sebelumnya.
·
Benih-benih Entrepreneurship
Mahasiswa harus berusaha
mengatasi masalah finansial, karena kita harus memberikan teladan dan success story kepada masyarakat
berhubungan dengan kemandirian finansial. Ingat, mahasiswa pemalas yang tidak
bebas dari penyakit finansial, absurd
ketika berteriak bebaskan rakyat dari kemiskinan. Kemandirian organisasi dan
personelnya dari “sumbangan” pihak lain yang punya kepentingan, membuat
independensi organisasi mahasiswa terjaga. Membuat teriakan kita tetap lantang
kepada siapapun tanpa pandang bulu.
·
Konsistensi Perdjoeangan
Adalah kekuatan karakter aktifis mahasiswa. Pahami hakekat
dari kritik-kritik yang kita lakukan. Logikanya mahasiswa koruptor jam kuliah,
tidak pantas berteriak anti-korupsi. Think globally, but act locally.
·
Public Speaking dan Leadership,
Faktor penting dalam mempengaruhi orang, karena tidak mungkin
mahasiswa dengan leadership dan public speaking yang buruk mengkritik
kepemimpinan nasional.
·
Opini lewat Tulisan
Adalah faktor penting dalam teknik mempengaruhi ala mahasiswa. Kualitas pikir seseorang diukur dari kualitas
tulisan yang dihasilkan. Pergerakan mahasiswa tak akan lepas dari masalah
intelektualitas, daya pikir, daya kreatif dan perilaku berbasis otak yang lain.
E. PERGERAKAN
MAHASISWA 2.0
Modal pergerakan mahasiswa
diatas harus dikuasai, karena itu adalah modal minimal. Meskipun itu semua
tidak cukup ketika kita bergerak di era dunia datar dengan perkembangan
internet dan web yang semakin pesat yang saat ini menuju ke generasi kedua (Web-2.0).
Barrack Obama tidak hanya mengandalkan tim suksesnya secara penuh ketika mengupload video pidato dan kampanye lewat YouTube, tapi sebagian diupload oleh para pemilihnya dengan sukarela. Inilah keindahan user-generated content. Influence tactics ala Web 2.0 ini saya yakin bisa dimanfaatkan oleh aktifis pergerakan mahasiswa, sehingga berbagai opini yang kita keluarkan akan lebih bergema, lebih luas dipahami masyarakat, dan wacana ini akan banyak dinikmati mahasiswa lain karena mahasiswa adalah pengakses internet di Indonesia yang terbesar. Ingat menurut InternetWorldStats.com pengguna internet di Indonesia mencapai 20 juta, dan menurut situs lainnya bahkan 28 juta. Pengguna Internet di Indonesia, lebih banyak daripada Spanyol atau negara tetangga kita yang ada di Asia. Tidak ada oplah media massa di Indonesia yang melebih angka 20 atau 28 juta, kecuali TV tentunya yang menurut berbagai data mencapai angka 40 juta.
Jika digambarkan, pergerakan mahasiswa generasi kedua alias 2.0 seperti gambar di bawah :
Barrack Obama tidak hanya mengandalkan tim suksesnya secara penuh ketika mengupload video pidato dan kampanye lewat YouTube, tapi sebagian diupload oleh para pemilihnya dengan sukarela. Inilah keindahan user-generated content. Influence tactics ala Web 2.0 ini saya yakin bisa dimanfaatkan oleh aktifis pergerakan mahasiswa, sehingga berbagai opini yang kita keluarkan akan lebih bergema, lebih luas dipahami masyarakat, dan wacana ini akan banyak dinikmati mahasiswa lain karena mahasiswa adalah pengakses internet di Indonesia yang terbesar. Ingat menurut InternetWorldStats.com pengguna internet di Indonesia mencapai 20 juta, dan menurut situs lainnya bahkan 28 juta. Pengguna Internet di Indonesia, lebih banyak daripada Spanyol atau negara tetangga kita yang ada di Asia. Tidak ada oplah media massa di Indonesia yang melebih angka 20 atau 28 juta, kecuali TV tentunya yang menurut berbagai data mencapai angka 40 juta.
Jika digambarkan, pergerakan mahasiswa generasi kedua alias 2.0 seperti gambar di bawah :
·
Tebar Keshalehan Sosial dan Kreatifitas Maya
Ini adalah sumbangan
besar mahasiswa plus sebagai solusi
nyata untuk masyarakat. Efek langsungnya mungkin ke pengguna Internet, tapi
efek tidak langsungnya bisa ke masyarakat yang bahkan tidak mengenal Internet.
Misalnya, download materi IlmuKomputer.com mungkin hanya bisa dilakukan oleh pengguna Internet. Tapi ilmu
pengetahuan yang ada di dalamnya dapat dimanfaatkan oleh dosen dan guru untuk
mengajar anak didik yang berada di berbagai pelosok tanak air.
·
Lakukan Image Branding Lewat Dunia Maya
Sekali lagi dengan 20-28
juta penguna, internet adalah media massa yang paling efisien dan efektif untuk
melakukan marketing dan branding baik untuk personal maupun
organisasi.
·
Webpreneurship
Arah entrepreneurship
yang sudah kita pupuk sebelumnya, mungkin bisa dikembangkan ke arah
technopreneurship, khususnya webpreneurship. Organisasi pergerakan mahasiswa
bisa membangun lini bisnis yang memikirkan berbagai bisnis model yang menarik,
dan dari sinilah operasional organisasi dibiayai. Kemandirian finansial ini
adalah teladan yang baik bagi masyarakat, membuat teriakan lantang kita tentang
pembebasan kemiskinan dan kemandirian bangsa menjadi bermakna. Mengemis dana
dari para pejabat, menteri maupun institusi pemerintah atau swasta, sebenarnya membuat
rantai ikatan yang mengakibatkan organisasi kita tidak independen lagi.
·
Tebar Pengaruh Lewat Tulisan di Blog
Lanjutkan influence
tactic yang sudah kita lakukan di media massa cetak, ke arah blogging di internet. Bahkan ketika
objek yang kita bidik adalah pelajar di
level SMA dan kebawah, gunakan layanan social
networking semacam friendster yang pengguna di level itu sangat besar. Ingat, Indonesia pengguna friendster nomor tiga sedunia.
·
Fokus di Core Competence
Ini yang mahasiswa kita
sering lupakan. Jurusan yang kita pilih di kampus seolah-olah bagaikan bidang
garapan sampingan. Jurusan computing yang kita pilih, tidak
membuat kita fasih berbicara tentang statistik pornografi di internet ketika kita
beraudiensi tentang RUU Antipornografi. Jurusan ilmu kehutan yang kita geluti, misalnya, juga
seolah-olah tidak bermakna, karena kita malah mengkritik sisi lain, ketika berteriak lantang
tentang masalah kerusakan hutan kita, penebangan hutan yang liar atau monopoli
pemanfaatan hutan oleh perusahaan. Jurusan sosial politik yang kita geluti,
juga kadang tidak membuat kita fasih berbicara tentang teoritika dan strategi
politik atau komparasi sistem politik kita dengan negara lain. Wahai aktifis
mahasiswa, konsisten di kompetensi inti adalah jalan yang lurus, bijak dan
bertanggungjawab. Jangan pernah mengatakan hal yang tidak kita kuasai
permasalahannya, karena itu membuat kita dan segala sesuatu yang kita sampaikan
terasa hampa.
·
Leadership di Komunitas Maya
Buktikan bahwa leadership kita di dunia nyata juga
terbukti di dunia maya. Bangun komunitas, pimpin pergerakan komunitas maya,
sebagai penambah dukungan pergerakan kita di dunia nyata.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kita harus menyadari bahwa
bahaya terbesar bagi sebuah organisasi kepeloporan mahasiswa adalah berdekatan
dengan kelompok reformis gadungan, kelompok reformis hidupnya sangat tergantung akan kekuasaan. Untuk
menghindari kooptasi dan usaha memoderasi dari kalangan reformis ini kita harus
bersikap independen
dan tetap menjadi oposisi terhadap kekuataan kekuasaan. Karena kita percaya bahwa
perlawanan yang hebat adalah perlawanan yang dilakukan oleh massa aksi dan percaya
terhadap garis massa dengan membuat barisan bagaikan barisan semut marabunta
dan laksana ombak mengikis batu karang.
Suatu proses langkah maju
yang harus kita jalankan adalah percaya akan perjuangan dan nilai-nilai
kemanusiaan dan moral itu sendiri karena hal itulah yang akan mengikat kita
dalam sumpah di bawah panji-panji kebenaran dan keadilan untuk tetap bergerak
dan siap sedia menghancurkan setiap bentuk penindasan yang ada.
Karenanya berbicara tentang
kemanusiaan adalah persoalan yang tidak pernah ada habisnya. Berbicara tentang
kemanusiaan maka kita akan melihat semangat yang di bawa oleh orang-orang
sebelumnya mulai dari, Lao Tse dengan ajaran kebebasan individunya, Kong Hu Chu
dengan ajaran keseimbangan antara manusia dengan alam, Shidarta Gautama dengan ajaran
kesabaran dalam kenestapaan, Yesus dengan ajaran cinta kasihnya yang luhur,
Muhammad dengan ajaran keseimbangan dunia dan akhirat, Karl-Marx dengan ajaran teori pertentangan kelasnya,
Lenin dengan ajaran teori-teori revolusinya, Mao Zedong dengan ajaran revolusi-budayanya, Che Guevara
dengan ajaran perang gerilya-nya, Tan-Malaka dengan ajaran madilognya, Soekarno dengan ajaran marhaenismenya.
Kesemuanya itu dipersembahkan bagi kemanusiaan dan pembebasan manusia dari Ketertindasannya !!
Kesemuanya itu dipersembahkan bagi kemanusiaan dan pembebasan manusia dari Ketertindasannya !!
Begitupun di Indonesia,
dari zamannya Ken-Arok sampai saat ini, sejarah rakyat Indonesia adalah sejarah orang-orang yang
selalu kalah. Keberadaan mereka adalah suatu potret yang
terpinggirkan. Pengangguran, kemiskinan, bayi kekurangan gizi, siswa putus sekolah, anak jalanan
sampai dengan gelandangan adalah tetap
bagian dari 210 juta rakyat Indonesia yang tidak boleh kita abaikan. Keberadaan mereka ada di
karenakan kekuasaan.
Mereka dimiskinkan secara
struktural (kekuasaan) dan kekuasan adalah perwakilan
dari kepentingan modal berada. Mungkin kita tidak pernah kenal secara langsung dengan anak
jalanan dan gelandangan
di tepi jalanan itu. Memang kita tidak pernah kenal
dengan korban kejahatan militer di Aceh, Papua. Memang kita tidak pernah kenal dengan petani korban yang tanahnya di
rampas. Tapi
sudah sepantasnyalah, sebagai mahasiswa
yang memiliki nalar keilmuannya, ia dapat
melihat semua permasalahan yang terjadi dinegeri ini sampai dengan
merasionalisasikan ide-ide perubahan yang abstrak tersebut menjadi suatu bentuk perlawanan terhadap kekuasaan yang zalim.
Karenanya nilai dari idealisme-perjuangan mahasiswa tidak hanya sampai
disaat ia masih aktif menjadi Mahasiswa
saja.
Nilai-nilai dari perjuangan itulah yang senantiasa mengiiringi kita dimana saja. Nilai-nilai dari perjuangan
itulah yang selalu senantiasa menajamkan pemikiran terhadap kejelasan
keberpihakan kita dan mengarahkan perilaku kita sebagai intelektual-organik.
Perjuangan mahasiswa tidaklah harus
selalu diartikan mewakili harapan berjuta-juta buruh dan petani, namun perjuangan mahasiswa itu juga mewakili
harapan mahasiswa
itu sendiri.
Dengan tanggung jawab yang penuh sempurna
ini maka kita sudah memulai sebuah pertarungan dalam menegakkan nilai-nilai
tersebut dan kita harus siap untuk mengakhiri pertarungan tersebut.
B. PESAN
Terakhir, tiga pesan saya untuk para aktifis pergerakan
mahasiswa.
·
Perjuangan yang mahasiswa lakukan adalah
untuk memberi manfaat bagi rakyat. Semua itu bukan bertujuan untuk jalan kita menuju
senayan (menjadi anggota DPR), jalan kita menjadi pejabat, jalan kita
mendapatkan uang secara instan, atau jalan-jalan berpamrih lain yang membuat
kita tidak ikhlas.
·
Ucapan menjadi bermakna ketika kita juga bergerak
melakukan perubahan dan memberi contoh yang nyata. Think globally but act
locally.
·
Kembalikan perjuangan ke
karakter dan kredo mahasiswa yang sebenarnya.
Mahasiswa adalah akademisi, pemikir muda, intelektual muda, entrepreneur muda dan agen perubahan bangsa. Baca kembali dengan detail semua visi, misi dan kredo organisasi
Mahasiswa adalah akademisi, pemikir muda, intelektual muda, entrepreneur muda dan agen perubahan bangsa. Baca kembali dengan detail semua visi, misi dan kredo organisasi
pergerakan
mahasiswa kita, pasti selalu menyebut masalah intelektualitas, jiwa pemikir dan
kekuatan akademik lain. Karena itulah akar dan dasar kita bergerak.
Tetap dalam perjuangan!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar