Jumat, 15 Februari 2013

Apa iya PKS Di-bully?





Jakarta, 15 Februari 2013
WIJAYA, ST

Meskipun pusaran berita tidak lagi bertumpu pada pemberitaan PKS, namun berita tentang PKS masih saja menjadi berita yang seksi untuk dibicarakan. Tengoklah semalam sebuah acara di televisi yang memuat tentang kekayaan Ketua Majelis Syuro PKS, Hilmi Aminudin. Lantas muncul pertanyaan benarkah PKS dibulli oleh media?.
untuk menjawab itu, lebih baik jika dipahami dahulu pengertian  bullying dan aspek-aspeknya. Menurut ahli-ahli yang serius bergulat dengan bullying ini, seperti Olweus, Craig, Newman mereka mengartikan perilaku bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan terus-menerus, dilakukan oleh pihak yang memiliki power lebih, dengan tujuan menyakiti. Mengenai macamnya, bullying dapat terbagi ke dalam banyak macam seperti school bullying, workplace bullying, sport bullying, dan political bullying.  jenis perilakunya dapat berupa agresi fisik, agresi verbal, pengucilan, dancyber bullying.

Siapa saja yang terlibat dalam perilaku bullying:
1. pelaku
Pelaku adalah orang yang memiliki power yang lebih kuat dari korbannya. pada kasus-kasus yang bersifat individual biasanya pelaku ini adalah korban pada awalnya. jadi kaalu ada orang yang terbiasa mencela, mengumpat, atau bahkan agresi fisik lainnya maka dapat diduga bahwa pelaku ini dulu pernah mengalami hal serupa. Secara psikologis pelaku sebenarnya memliki kepribadian insecure (tidak aman). Motif pelaku bermacam-macam, dari kepuasan pribadi sampai pada keuntungan finansial.
2. korban
korban adalah pihak yang dirugikan oleh perilaku agresif yang dilakukan orang lain. biasanya korban cenderung tidak berani melawan, kurang sumberdaya, dan kurang asertif. kenapa dia terus menjadi korban? disebabkan kurang equalnya kekuatan antara pelaku dan korban.
3. penonton
Perilaku bullying tidak bisa dilepaskan dari penonton. penonton menjadikan pelakubullying mendapatkan perhatian, sehingga dia akan terus menerus melakukan perilakubullying karena ada yang memperhatikan. celakanya, penonton ini akan cenderung menjadi temannya pelaku. kenapa? karena untuk menghindari dijadikan korban berikutnya.
dengan sedikit teori tentang bullying tersebut coba kita analisis pada kasus PKS.pertama, kita mengajukan pertanyaan dari sudut pandang definisi. Benarkan PKS mendapat perilaku agresif secara terus-menerus, dilakukan oleh pihak dengan power yang lebih, dengan tujuan menyakiti? Pemberitaan miring mengenai PKS baik oleh media atau oleh gerakan islam yang lainya bisa anda tengok dengan mudah jika anda ketikkan pada mesin pencari. pemberitaan tentang PKS mulai santer pasca pemilu 2004 karena tidak segera mendukung amin rais menjadi presiden waktu itu sampai sekarang dan puncaknya pada ditangkapnya LHI dalam tuduhan perkara suap Impor daging sapi.  PKS tidak memiliki media yang dapat melawan pemberitaan media kecuali memelui jejaring sosial. Majalah SAKSI yang dulu mereka miliki tidak terbit lagi. dalam kasus ini terjadi imbalance power. Apakah tujuannya menyakiti PKS? anda dapat menjawabnya sendiri.
pertayaan kedua, apakah perilaku menyudutkan partai politik dapat disebut sebagaibullying? menelaah dari macam-macam bullying yang disebutkan di atas maka hal ini termasuk dalam kategori political bullying. Tipe agresi yang banyak dilakukan adalah dengan menggunakan verbal dan cyber bullying.
pertanyaan ketiga, apakah memenuhi ketiga unsurnya yakni pelaku, korban dan penonton? prespektif untuk melihat ini mudah. Apakah berita tentang PKS memiliki rating yang tinggi di media? jika jawabannya benar maka penonton memiliki andil yang besar untuk terjadinya perilaku bullying ini.

Dengan mengajukan ketiga kerangka di atas maka saya sebagai pemerhati bullying menyimpulkan bahwa adalah benar PKS menjadi korban bullying dalam konteks pemberitaan media.  lalu apa sebaiknya yang dilalukan PKS  jika kemudian mereka merasa menjadi korban. Dalam kamus penanganan bullying akan kita temui bahwa salah satu cara untuk keluar dari perilaku bullying adalah “stand up, dan speak up“. PKS harus mengupayakan memiliki media tandingan, memiliki tim counterattack, menggunakan simpul-simpul dan kadernya untuk melakukan “perlawanan” terhadap pemberitaan yang tendensius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar