Sabtu, 28 Juli 2012

Maafkan aku jika aku terkadang memaksa akan arti sebuah keharusan untuk berdakwah

Tlah aku niatkan dan ikhlaskan dari awal.
Semula yang tak saling kenal, tetapi kini karena-Nya kita jalani hari-hari peluh bersama.
Tak tau apakah sama rasa yang sering bergelayutan dalam hati, terkadang khawatir itu slalu ada.
Khawatir dampak dari mahabbah lillahitaala.

Kesedihanmu adalah kesedihanku juga.
Kebimbanganmu bahkan sering sampai pada kebimbanganku juga.

Allohualam apakah rasa ini kau ketahui atau bahkan tidak sama sekali. Tidak penting bagiku!
Bukankah keikhlasan tidak perlu kata-kata
yang terlontar dari bibir kita? Walaupun kewas-wasan kadang hadir dan menyelinap.
#

Dengan segala kerendahan hati,
kumohon dibukakan pintu maaf. Jika raga ini yang slalu memaksakan akan arti sebuah keharusan untuk berdakwah.
Aku sadar, proses itu sangatlah panjang bagimu yang baru dalam lingkaran ini.
Tetapi, sebisa mungkin aku tenangkan pikiran untuk tetap sabar mendampingi dan mengayomi.

Canda, bahkan sering gurau.
Aku membaur juga karenamu, aku bersedekap juga karenamu.
Maafkan aku jika aku terkadang memaksakan akan arti sebuah keharusan untuk berdakwah.
Sulit memang.
Aku bangga, bahkan haru ketika amanah beratpun kau sambangi walau penuh caci. Bahkan perlu berkorban dulu.
Demi menjaga amanah yang sering kuberikan, kau rela tutupi kejenuhan ini.
Ya Alloh..
#

Bahkan kini, aku merasakan sebuah pratinjau kegelisahan dan kekhawatiran tentang dirimu.
Khawatir jika memang
raga ini tak dapat bersua lagi, khawatir dengan kesibukanmu, rutinitasmu.
"Sedang apa kau disana?"
Dahaga yang sering kurasakan adalah bentuk kerinduan akan canda, tawa kita yang kemarin.

Maafkan aku jika aku terkadang memaksa akan arti sebuah keharusan untuk berdakwah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar